Yoseph Watopa
email: watopaocep@gmail.com
Sekilas tentang Suaseso
Kampung Suaseso terletak ditepi kali Aremi yang bermuara ke Danau Rumbebai, sebuah danau yang letaknya bersebelahan dengan sungai Mamberamo pada wilayah hilir sungai Mamberamo
Foto: Kampung Suaseso
Orang Suaseso termasuk dalam suku Kawera, bahasa yang digunakan adalah bahasa Kawera. Lokasi yang dijadikan sebagai pemukiman kampung Suaseso sekarang ini adalah milik orang Birarameso yaitu marga Cetoba, Epaso dan Pipiso tetapi mereka telah hidup bersama dan menyatu dengan marga Aweniri yang datang dari Pakotama, marga Tueman datang dari Beistama, marga Imara datang dari Kali Pasir dan marga Iwania datang dari Anggreso dan hidup bersama sebagai orang Suaseso.
Penggunaan lahan
Penggunaan lahan oleh penduduk local atau masyarakat adat selalu merujuk kepada sebaran sumber daya alam yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makan, obat-obatan tradisional, kayu bakar, bahan untuk rumah, bahan untuk perahu, perkakas, upacara adat, bahan untuk dijual bahkan untuk masa depan mereka.
Penguasaan wilayah yang cukup luas diimbangi dengan pengetahuan akan sumber daya alam dan pembagian lokasi untuk meperoleh hasil alam yang maksimal sebagai modal yang cukup kuat bagi masyarakat adat di kampung Suaseso.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka seluruh teritorial yang masuk dalam wilayah adat dibagi berdasarkan cara menggunakan atau memperoleh hasil alam. Wilayah adat yang luas dibagi menjadi beberapa bagian dengan luasan yang berbeda-beda dan terdapat titik-titik lokasi yang menjadi sasaran penggunaan wilayah adat mereka.
Orang Suaseso membagi wilayah pemanfaatan menjadi 7 (tujuh) zona pemanfaatan dengan lokasi-lokasinya yang dapat mereka datangi untuk memperoleh apa yang menjadi kebutuhan hidup mereka.
Tabel 1. Zona
Pemanfaatan Wilayah Adat
Orang Suaseso
No
|
Zona
Pemanfaatan
|
Pengertian
|
Lokasi
|
1
|
Pitue Ticim
|
Adalah lokasi pengambilan air
bersih untuk minum. Zona ini berada di danau Sawani atau Rumbebai berjarak
dari muara kali Aremi sekitar 200-500 meter. Kali Aremi dan Kali Warori juga
merupakan sumber air bersih bagi masyarakat yang berkebun atau mencari makan
disekitarnya.
|
1.
Danau
Sawani/Rumbebai
2.
Kali
Aremi
3.
Kali
Warori
|
2
|
Ciratamai atau Tatid Camai
|
Adalah lokasi untuk mencari
buaya.
|
1.
Telaga
Wipe
2.
Telaga
Babaroti
3.
Telaga
Namuri
4.
Telaga
Asepari
5.
Telaga
Awenmi
6.
Telaga
Tutubale
7.
Danau
Sawani
|
3
|
Tatid cate enawarim
|
Adalah lokasi mencari ikan.
|
Lokasi utama adalah danau
Sawani atau Rumbebai, telaga Wipe dan Kali Arori
|
4
|
Pisionamu
|
Adalah lokasi berburu atau
mencari makan seperti babi, kasuari burung dan mengambil hasil hutan lain
yang tidak ditanam
|
1.
Lokasi
berburu pulang pergi dari kampung Suaseso menyusuri kali Aremi hingga kali
Powa.
2.
Sisa
lokasi berupa Isiuw atau hutan adalah lokasi untuk mencari makan sambil
menetap di hutan. Hutan dianggap sebagai tempat mencari makan atau Pisionamu
|
5
|
Pawan
|
Adalah lokasi sakral adalah
berkaitan dengan cerita sejarah terpecahnya marga-marga dan membentuk
kampung-kampung kecil yang sekarang menjadi daerah sejarah.
Daerah ini menjadi zona
khusus yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang termasuk masyarakat
lokal. Orang yang memiliki hubungan erat dengan tempat tersebut saja yang
bisa masuk ke lokasi tersebut.
Akibat dari pelanggaran
terhadap lokasi ini adalah sakit atau hilang dan tidak bisa pulang.
|
1.
Lokasi
sejarah Marga Epaso terletak didekat kampung tua Tutumaye.
2.
Lokasi
sejarah Marga Pipiso adalah di rawa Piripi, letaknya dibelakang tanjung
Korariye membentang sepanjang danau Sawani
hingga tanjung Horpare di dekat lokasi kampung tua Tutumaye dan lokasi
sejarah marga Epaso.
3.
Lokasi
sejarah marga Cetopa adalah Batu Merah yang terletak di belakang pulau Sawari
dipinggir danau Sawani dekat kali Yariri.
|
6
|
Makatid
|
Adalah lokasi air asin.
Orang Suaseso menggunakan lokasi ini untuk mengambil air asin atau air garam
untuk memasak sayur atau daging buruan. Cara pengambilan dengan menggunakan
bambu atau bulu Selain itu tempat ini juga menjadi tempat hewan terutama burung dan kasuari
untuk minum.
|
1.
Pinis
dekat kampung tua Tutumaye
2.
Tupu
dekat dusun Tupu
3.
Morukwa
di pinggir kali Aremi terletak antara kali Takunimi dan kali kali Powa
4.
Cariya
di pinggir kali Powa
5.
Mowe
di hulu kali Powa dekat dusun Mowe
|
7
|
Makan
|
Adalah lokasi berkebun.
Lokasi ini terletak didekat kampung Suaseso. Kebun-kebun dibuat disebalah
kiri kanan kali Aremi hingga kali Powa.
Marga Pipiso dan Epaso dari
Birarameso membuat kebun-kebun sebelah-menyebelah kali Kabi.
|
1.
Kampung
Suaseso
2.
Kiri
kanan kali Aremi
3.
Kiri
kanan kali Kabi
|
Zona pemanfaatan wilayah adat merupakan gambaran pembagian ruang tradisional yang telah dimiliki dan dipatuhi secara turun temurun dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
No
|
Tipe Lanskap
|
Nama Lokal
|
1
|
Danau/Telaga
|
Sokorug
|
2
|
Kali Besar
|
Pitua Marem
|
3
|
Kali Kecil
|
Pitua Menamra
|
4
|
Gunung
|
Kosana
|
5
|
Dusun/Kampung Tua
|
Tamana Tosiram
|
6
|
Kampung
|
Tamana
|
7
|
Rawa berair
|
Pahauw
|
8
|
Rawa lumpur
|
Mirim mironam
|
9
|
Hutan
|
Isiuw
|
10
|
Kebun
|
Makan
|
11
|
Bekas Kebun
|
Acauwa
|
Pengetahuan
tentang lanskep diperlukan sebagai alat untuk melakukan pendekatan konservasi
terhadap jenis spesies yang tersebar untuk dilindungi. Pemahaman lanskap oleh
masyarakat terkait juga dengan bagaimana mereka memperoleh sumberdaya alam bagi
kebutuhan hidup mereka.
Nilai Penting Lanskap menurut laki-laki dan perempuan
Tiap lanskap
memiliki nilai penting bagi masyarakat. Nilai yang dimaksud bukan uang atau
rupiah melainkan fungsi dan manfaat yang terkandung didalam tiap lanskap karena
memberikan kontribusi terhadap kebutuhan hidup mereka. Angka yang tertera pada grafik
ini adalah hasil dari pendekatan dengan
menggunakan skoring distribusi kerikil, yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengukur nilai suatu lanskap berdasarkan tingkat kegunaannya (Sheil, 2004).
Angka ini melambangkan persentase dari total 100% nilai kepentingan tiap
lanskap. Nilai ini diperoleh melalui diskusi kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan. Tiap orang berhak memberikan nilai atas kepentingan lanskap untuk
berbagai kategori guna yaitu makan,obat-obatan, bahan rumah, bahan perahu, kayu
bakar, anyaman, perkakas, bahan upacara adat/ritual, alat/bahan berburu, bahan
yang dijual, rekreasi dan masa depan.
Kelompok laki-laki berpandangan bahwa tipe lanskap yang memiliki nilai tertinggi
adalah gunung atau kosana. Alasan mengapa gunung dianggap penting oleh kelompok
laki-laki karena gunung dianggap sebagai tempat sejarah datangnya nenek moyang
orang Suaseso. Gunung juga tempat yang
dilindungi sebagai lokasi persembunyian saat perang adat. Sekarang ini gunung
penting karena sebagai sumber air bagi kali Aremi dan Warori yaitu dua sungai
penting bagi orang Suaseso yang mengalir melewati kampung dan bermuara ke Danau
Rumbebai.
Danau atau sokorug adalah tipe lanskap penting
kedua setelah gunung. Danau yang dimaksudkan adalah danau Rumbebai atau danau
Sawani. Danau Sawani sebagai sumber air bersih dan sumber utama untuk mencari
ikan.
Hasil skoring distribusi kerikil kelompok perempuan bahwa tipe lahan yang
memiliki nilai tertinggi adalah kebun atau makan. Hal ini karena kegiatan utama
dari para perempuan di kampung Suaseso adalah berkebun. Kebun-kebun dibuat
disekitar kampung sepanjang kali Aremi. Jenis tanaman yang ditanam adalah
sayur-sayuran seperti ubi jalar, singkong, pepaya, pisang dan jagung. Mereka
juga menanam tanaman jangka panjang terutama pinang. Hasil pinang dari kampung
Suaseso sangat terkenal di Mamberamo dan menjadi sumber pendapatan bagi
keluarga terutama ibu-ibu. Tanaman jangka panjang lainnya yang sekarang digalakkan
di kampung Suaseso adalah kakao. Kebun-kebun baru dibuka untuk menanam kakao
disekitar kampung.
Rata-rata gabungan skoring
PDM Tipe Lanskap laki-laki dan perempuan
Untuk melihat
secara keseluruhan tingkat kepentingan lanskap oleh masyarakat maka diambil
rata-rata skoring kelompok laki-laki
dan perempuan di kampung
Suaseso terhadap tiap tipe
lanskap.
Rata-rata gabungan skoring distribusi
kerikil kelompok laki-laki dan
perempuan menunjukkan bahwa tipe lanskap kebun memiliki nilai 11 memberikan
arti bahwa kebun merupakan lanksap penting bagi masyarakat kampung Suaseso.
Alasan ini dibenarkan karena data penduduk menunjukkan bahwa mata pencaharian
utama masyarakat adalah berkebun baik oleh perempuan maupun laki-laki. Tanaman
utama di kebun adalah pinang. Kampung Suaseso sebagai salah satu kampung
penghasil pinang yang didistribusi ke ibu kota kabupaten Mamberamo Raya
Kasonaweja. Selain pinang di kebun masyarakat menanam sayur-sayuran seperti
kacang panjang, ubi jalar, singkong dan papaya. Sekarang ini masyarakat Suaseso
memiliki kebun-kebun kakao yang cukup besar, hasilnya mereka jual ke Jayapura. Tiga lanskap lainnya yaitu danau, gunung dan rawa memiliki nilai 10.
Masyarakat menganggap ketiga tipe lanskap ini pun penting. Danau sebagai sumber
air dan tempat mencari ikan. Selain itu danau adalah satu-satunya jalan untuk
keluar dari kempung Suaseso menuju ke kampung lain dan sungai mamberamo. Gunung
memiliki nilai sakral dan sejarah. Rawa besar sebagai lokasi untuk berburu
binatang hutan seperti babi hutan, kasuari, kanguru pohon. Rawa besar juga
adalah tempat tumbuhnya sagu sumber makanan bagi masyarakat kampung Suaseso.
Rata-rata nilai penting lanskap per kategori guna
Ada sepuluh kategori kegunaan yang diperoleh dari masyarakat yaitu;
makanan, obat-obatan,bahan
Tabel 3. Rata-rata
gabungan skoring PDM tipe lanskap per kategori guna
Rawa berair atau
Pahauw adalah tipe lanskap penting untuk makanan, karena sagu tumbuh di rawa
berair dan masyarakat mengambil sagu dari rawa berair. Untuk obat-obatan tipe
lahan pentinga adalah kali kecil, karena di kali kecil masyarakat dengan mudah
memperoleh daun gatal, pucuk pohon gomo dan sukun sebagai obat. Bahan pondok paling banyak dambil digunung dan rawa berair.
Bahan pondok hanya sementara saja ketika membuat kebun. Bahan untuk rumah
paling banyak diperoleh dari gunung dan hutan seperti jenis kayu yang kuat
untuk tiang rumah dan rotan sebagai pengikat tiang rumah. Bahan untuk membuat
perahu diambil dari pohon-pohon yang tumbuh di bekas kebun dan hutan sekitar
kampung. Kayu bakar diambil dari sekitar kampung. Bahan anyaman seperti tikar
dan tas paling sering diambil di bekas kebun. Karena dibekas kebun biasanya ada
pohon genemo yang dapat dibuat tali untuk menganyam tas atau noken. Untuk upacara adat bahan diambil dari gunung,
seperti bulu burung cenderawasih, bulu burung kakak tua, kasuari itu diperoleh
dari gunung. Dikampung tua terdapat jenis tanaman jangka panjang terutama
pinang yang diambil hasilnya untuk dijual. Pinang menjadi komuditas utama untuk
memperoleh uang. Selain kampung tua, gunung juga menjadi tempat untuk
memperoleh uang karena masyarakat mencari gaharu dan kulit masohi di gunung untuk
dijual. Untuk masa depan, orang Suaseso menganggap tiga tipe lanskap paling
penting yaitu danau/sawani sebagai sumber air, tempat mencari ikan dan sarana
penghubung keluar kampung. Rawa berair sebagai lokasi hutan sagu untuk generasi
yang akan datang dan bekas kebun dimana tersedia tanaman jangka panjang
terutama pinang yang dapat diambil hasilnya untuk dijual.
Kesimpulan dan Saran
Masyarakat adat kampung Suaseso telah
memiliki pola pemanfaatan ruang tradisional. Mereka membagi wilayah adat mereka
sesauai kebutuhan hidup mereka dari sumber daya alam yang tersedia. Ruang
kelola masyarakat adat kampung Suaseso dapat dijadikan sebagai bahan atau dasar
dalam perencanaan penggunaan lahan yang lebih besar dengan mempertimbangkan
prinsip kegunaan local.
Berbagai tipe
lanskap yang terungkap merupakan pengetahuan
local tentang berbagai
lanskap berkaitan dengan pemanfaatan keragaman hayati pada lanskap tersebut. Ada
sebelas tipe lanskap menurut persepsi masyarakat kampung Suaseso. Hasil skoring
PDM menunjukkan bahwa tipe lanskap penting adalah kebun memberikan arah bagi
pengambil kebijakan bahwa masyarakat kampung Suaseso sudah mengarah kepada
pertanian. Tiga tipe lanskap lainnya yang penting adalah danau, gunung dan rawa
besar. Masyarakat kampung Suaseso memiliki sistem penggunaan lahan. Ada tujuh
wilayah atau zona yang telah dibagi penggunaannya. Pengawasan sumberdaya alam
dilakukan terhadap teritorial atau wilayah dan spesies. Untuk wilayah dilakukan
melalui patroli disertai kegiatan berburu dengan intensitas waktu tertentu.
Saran bagi para pengambil kebijakan terutama
pengelola kawasan konservasi SM Mamberamo Foja dalam hal ini BBKSDA Papua agar memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat
adat sebagai pintu masuk pengelolaan kawasan dan mengajak masyarakat terlibat dalam pengelolaan kawasan. Sistem penggunaan lahan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam pengelolaan kawasan, nilai penting suatu lanskap oleh masyarakat menunjukkan
pemanfaatan keragaman hayati yang tinggi pada lanskap tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Sheil,D. Puri,R,K. Basuki,
I.van Heist, M. Wan, M. Liswanti,N. Rukmiyati , Agung,M. Sardjono, Samsoedin,I.
Sidiyasa,K. Chrisandini. Permana,E. Mangopo, E,A. Gatzweiler F. Johnson,B dan Wijaya,A. 2004. Mengekspolari
Keanekaragaman Hayati, Lingkungan dan Pandangan Masyarakat Lokal tentang
berbagai Lansekap.
CIFOR.Bogor. p.2-8.