oleh: Yoseph Watopa
RINGKASAN
RINGKASAN
.
Kawasan Konservasi Suaka Margasatwa
Mamberamo Foja dengan luas 2.018.000 ha, sebelum penetapan statusnya sebagai kawasan konservasi
telah ada kehidupan masyarakat adat yang menggantungkan hidupnya dari
pemanfaatan sumberdaya alam secara tradisional dengan aturan adat yang berlaku
termasuk kampung Papasena. Penelitian
ini bertujuan (1) mengetahui dan mengidentifikasi pemanfaatan sumber daya alam
masyarakat kampung Papasena di Suaka Margasatwa Mamberamo Foja; (2) menghitung
dan menganalisa nilai ekonomi tempat-tempat penting masyarakat adat adat
kampung Papasena di Suaka Margasatwa Mamberamo Foja; (3) mengkaji Persepsi Masyarakat Kampung Papasena tentang Konservasi dan Status Kawasan
Konservasi Suaka Margasatwa Mamberamo Foja. Teknik pengambilan sampel melalui
persentase yaitu 5% dari total populasi pada tahun 2015 sebanyak 620 orang sehingga sampel
responden berjumlah 31 orang. Penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Metode analisa data digunakan metode
pendekatan harga pasar (market price=MP)
untuk menghitung manfaat langsung dan tidak langsung, metode kontingensi (contingensi valuation methode=CVM) untuk
menganalisa kemauan membayar (WTP) pelestarian spesies buaya, burung
cenderawasih dan lokasi sakral dan kemauan menerima (WTA) kompensasi kenaikan
harga premi kayu dan bersedia kehilangan lokasi sakral. Analisa regresi linier
berganda dilakukan untuk mengukur
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap WTP dan WTA. Analisa
persepsi responden tentang konservasi, kawasan konservasi dan kondisinya
dilakukan melalui skala likert dan tabulasi yang disajikan dalam bentuk deskripsi
dan grafik.
Hasil penelitian; kehidupan masyarakat
adat kampung Papasena yang tinggal didalam kawasan SM Mamberamo Foja masih
tergantung pada pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Identifikasi sumber pendapatan bagi masyarakat berasal dari kulit
buaya, premi kayu per pohon, daging hasil berburu, sagu, pinang, ikan,
pemanfaatan sungai sebagai sarana
transportasi yaitu ojek perahu dan adanya kegiatan penelitian yang
dilakukan di kampung Papasena. Masyarakat memiliki pengetahuan tentang berbagai
tipe lansekap dan hutan. Ada 11 tipe lanskap dan 5 tipe hutan menurut
masyarakat Papasena. Kearifan lokal dalam penggunaan lahat terlihat dalam
penggunaan lahan secara tradisional dengan sistem zonasi pemanfaatan
tradisional dengan aturan adat yang tegas dan jelas. Zonasi penggunaan lahan tradisional yaitu; 1)
Aroki Arekapeake yaitu daerah larang dengan fungsi khusus sebagai daerah
penyuplai ketersediaan hewan buruan, daerah persembunyian saat perang, daerah
sumber air, daerah cerita asal usul nenek moyang, wilayah ini tertutup bagi
umum; 2) Aiperara Awikeidjua yaitu daerah berkebun namun tertutup secara bagi
masyarakat lain disebabkan pemiliknya telah meninggal, wilayah ini hanya dibuka
atas ijin keluarga pemiliki dan dalam kurun waktu tertentu; 3) Aroki Aretiare
yaitu daerah penyimpanan yaitu wilayah dengan luas tertentu yang dibuka oleh
pemilik dari tiap klan; 4) Tataroki yaitu daerah mencari makan melalui kegiatan
berburu binatang, berburu buaya, mencari ikan dan berkebun.
Nilai ekonomi sumber saya alam SM
Mamberamo Foja di Kampung Papasena sebesar Rp. 9.687.224.398,33 /
tahun yang terdiri dari
nilai ekonomi langsung sebesar Rp. 1.348.700.000,00 (13,92%); nilai ekonomi tidak langsung Rp. 1.517.191.065,00/tahun (15.66%), nilai keberadaan sebesar Rp. 1.798.000.000,00
/tahun
(18,56%) dan
nilai warisan sebesar Rp. 4.734.000.000,00
/tahun (48,87%) dan nilai pilihan sebesar
Rp. 289.333.333,33/tahn (2,99%). Nilai
ekonomi langsung dari kegiatan transportasi sungai berupa ojek perahu kini
menjadi salah satu sumber penghasilan yang potensial bagi masyarakat selain
mencari kulit buaya yang sebelumnya menjadi sumber mata pencaharian utama.
Komuditas pinang mengalami peningkatan permintaan sejalan dengan semakin
banyaknya konsumen pinang di ibu kota Kasonaweja dengan harga yang cukup
tinggi. Nilai ekonomi tidak langsung
dari hutan lindung adat sebagai penyerap karbon merupakan nilai konservasi yang
perlu dilestarikan. Nilai keberadaan
yang diperoleh dari WTP spesies buaya
dan burung cenderawasih dan nilai warisan dari WTP lokasi sakral dan merupakan
nilai non guna (non use value) yang
besar nilainya dibanding dengan nilai guna (use
value) . Hal ini menunjukkan adanya
indikasi kesediaan masyarakat terlibat dalam upaya pelestarian bagi
kegiatan konservasi spesies dan lokasi sakral tempat-tempat penting mereka. Nilai pilihan WTA kenaikan harga premi pohon lebih
kecil dari nilai warisan WTP lokasi sakral dan nilai WTP buaya dan burung
cenderawasih memberi gambaran bahwa masyarakat masih memilih untuk
mempertahankan pohon dan hutan mereka bagi generasi yang akan datang.
Respon
terhadap kemauan membayar (WTP1) bagi pelestarian spesies buaya dan burung
cenderawasih sebesar Rp. 241.666,67 ./per bulan. Secara signifikan WTP1
dipengaruhi oleh variabel pendidikan dan pendapatan hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan dan pendapatan semakin besar keinginan untuk
membayar bagi pelestarian buaya dan burung cenderawasih. Respon terhadap kemauan membayar
(WTP2) bagi pelestarian lokasi sakral sebesar Rp. 636.290,32/bulan.
WTP 2 secara signifikan dipengaruhi oleh variabel pendapatan dan lama tinggal
yang berarti semakin tinggi pendapatan dan semakin lama seseorang tinggal di
kampung mempengaruhi keinginan untuk membayar bagi pelestarian lokasi sakral.
Respon terhadap kamauan menerima (WTA) kompensasi kenaikan harga premi kayu
perpohon dan bersedia kehilangan lokasi sakral sebesar Rp. 38.888,89/bulan. WTA secara signifikan dipengaruhi oleh variabel
pekerjaan yang berarti semakin bervariasi tingkat pekerjaan dan atau semaikn baik tingkat pekerjaan
seseorang mempengaruhi kemauannya untuk menerima kompensasi kenaikan harga
premi kayu.
Persepsi
responden tentang konservasi dan kawasan konservasi SM Mamberamo Foja tinggi
artinya responden pernah mendengar istilah konservasi, kawasan konservasi, tahu
bahwa kampung berada didalam kawasan dan memilki pemahaman yang baik mengenai
keberadaan spesie buaya dan burung cenderawasih yang dilindungi. Responden
secara keseluruhan atau 100% responden menyatakan bahwa kondisi kawasan SM
Mamberamo Foja di kampung Papasena masih sangat baik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
bagi penelitian valuasi ekonomi lainnya di kawasan konservasi SM Mamberamo Foja
dan hasilnya dapat digunakan bagi pengelolaan dan pendekatan terhadap
masyarakat adat yang ada didalam kawasan SM Mamberamo Foja.
DAFTAR PUSTAKA
Bahruni. 1999. Diktat Penilaian
Sumberdaya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Bappenas. 2010. Rancangan Strategi Nasional REDD +.
Bappenas Jakarta.
Bishop, J.T. 1999. Valuing
Forests : A Review of Methods and Applications in Developing Countries. International
Institute for Environment and Development. London.
Boissiere,
M. M,Van Heist. D, Sheil. I, Basuki.
S,Frazier. U,Ginting. M,Wan.
B, Hariadi. H, Haryadi. H,D, Kristianto.
J,Bemei. R,Haruway. E,Marien.
H,Koibur. Y,Watopa.
I. Rachman dan N, Liswanti.2004. Pentingnya Sumberdaya Alam bagi Masyarakat
Lokal di Daerah Aliran Sungai Mamberamo, Papua, dan Implikasinya bagi
Konservasi. Journal of Tropical Ethnobiology 1 (2) : 76 –
95
Conservation
International . 1999. The Irian Jaya Biodiversity Conserservation
Priority-Setting Workshop Final Report.
Conservation
International, Washington, DC, USA.p.20-36.
Conservation
Internasional. 2006. Rappid Assessmetn Programe (RAP)
Conservation
International, Washington, DC, USA.
Bulletin
of Biologicall assessment(26) : 17-19.
Conservation Internatioan. 2006. Peta Partisipatif
Penggunaan Lahan Kampung Papasena. Conservation International Papupa Program.
Jayapura
Cox. J. H. 2010 New Guinea Freswater Crocodile Crocodylus novaeguneae Status Survey and Conservation Action Plan. Third Edition, ed. by S.C.
Manolis and C. Stevenson. Crocodile Specialist Group: Darwin.
de
Fretes, Y. 2007. Kawasan Konservasi dan Pengelolaannya dalam Ekologi Papua.
Yayasan
Obor Indonesia dan Conservation International.
p. 790-817.
Fauzi, A., Suzi Anna, Lis Diatin, Irmadi Nahib, Intan
Adhi Putri. 2007. Studi Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di
Kawasan Lindung. Laporan Akhir.
Kementerian Lingkungan Hidup.
Fauzi A dan S. Anna.
2005. Studi Valuasi Ekonomi Perencanaan Kawasan Konservasi Selat Lembeh,
Sulawesi Utara. Jakarta : USAID, DKP, dan Mitra Pesisir.
Ika J. 2014. Konservasi Kearifan Lokal Pengelolaan Ikan
Asap sebagai Produk Wisata di Kabupaten Situbondo.Tesis.
Universitas
Brawijaya Malang. p.54-54
Kurniati. H. 2002.
Spotlight Surveys of New Guinea Freshwater Crocodile (Crocodylus novaeguineae)
in Mid-Zone Mamberamo River (Mamberamo and Roufaer System) In Papua Province.
Zoo Indonesia. LIPI. (29) : 1-19
Liswanti, N. Indawan,A. Sumardjo dan Sheil. 2004. Persepsi Masyarakat Dayak Merap Dan Punan
Tentang Pentingnya Hutan Di Lansekap Hutan Tropis, Kabupaten Malinau,
Kalimantan Timur.
Jurnal Manajemen Hutan Tropika 10 (2) : 1-13
Luky Adrianto. Mujio dan Yudi Wahyudin. 2004. Modul Pengenalan Konsep dan
Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir dan Laut, Institud Pertanian Bogor.
Mahesi.V. 2008. Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam Kebun
Raya Cibodas.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mitchel,
B. Setiawan, B. Rahmi H,D 2010. Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan.
Gajah Mada
University Press.p.82-83
Moeliono,
M. G. Limberg. P, Minigh. A,Mulyana. Y,
Indriatmoko. N,A, Utomo. Saparuddin,Hamzah. R, Iwan.
danE, Purwanto. 2010 Meretas kebuntuan: konsep dan
panduan pengembangan zona khusus bagi Taman Nasional di Indonesia.
CIFOR,
Bogor, Indonesia.p.2-3
Mukhamadun, T.Efrizal dan S.
Tarumun 2008. Valuasi Ekonomi Hutan
Ulayat Buluhcina Desa Buluhcina Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar
Universitas Riau.
Jurnal Ilmu Lingkungan 3 (2) : 55-73
Munasinghe.M. 1993.
Environmental Economics and Sustainable Development. The International Bank for
Reconstruction and Development/The World Bank
Washington, D.C. 20433, U.S.A. p. 32.
Navrud S dan
E.D.Mungatana. 1994. Environmental Valuation in Developing Countries: The
Recreational Value of Wildlife Viewing. Ecological Economics
Navrud S. 2000.
Strenths, Weaknesses and Policy Utility of Valuation Techniques and Benefit
Transfer Methods. Invited Paper for the OECD-USDA Workshop The Value of Rural
Amenities: Dealing With Public Goods, Non-market Goods and Externalities,
Washington D.C. Department of Economics and Sosial Sciences, Agricultural
University of Norway
Nurrochmat R.D. 2006. Dasar-dasar
Valuasi Ekonomi. [Diktat Kuliah]. Bogor : Lab. Politik Ekonomi dan Sosial
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Padmanaba,
M., M, Boissière.Ermayanti,
H, Sumantri. dan R, Achdiawan. 2012.
Pandangan tentang perencanaan kolaboratif tata ruang wilayah di Kabupaten
Mamberamo Raya, Papua,Indonesia: Studi kasus di Burmeso, Kwerba, Metaweja,
Papasena dan Yoke..
CIFOR,
Bogor.Laporan Penelitian. p.12.
Pattiselanno
F. 2003. Some fruit bats (Chiroptera, Pteropodidae) of the Mamberamo River
Basin, West Papua, Indonesia.
The Asian
Internatioanl Journal of Sciences.Asia Life Sciences 12 (1):
45-56
Pearce,
D.W dan Kerry Turner. 1991. Economics of Natural Resources and The Environment
Harvester Wheatsheaf.
Pearce, D.W dan D.
Moran, 1994.The Economic Value of Biodiversity.IUNC. Earthscan Publication,
London.
Richards,
S. J. dan S. Suryadi. 2002. A Biodiversity Assessment of Yongsu - Cyclops
Mountains dan the Southern Mamberamo Basin, Papua, Indonesia..
Conservation
International, Washington, DC, USA.RAP Bulletin of Biological Assessment (25) : 27- 43.
Sheil,D. R,K,Puri. I, Basuki. M, van Heist. M, Wan. N, Liswanti. Rukmiyati , M, Agung. Sardjono, I, Samsoedin.K, Sidiyasa. Chrisandini.E, Permana. E,A, Mangopo. R, Gatzweiler. B, Johnson dan A, Wijaya. 2004.
Mengekspolari Keanekaragaman Hayati, Lingkungan dan Pandangan Masyarakat Lokal
tentang berbagai Lansekap.
CIFOR.Bogor.
p.2-8.
Watopa, Y. 2004. Multidisciplinary Landscape Assesstmen
(MLA) di Kampung Papasena Mamberamo. Laporan Penelitian.
Conservation International Papua Program.Jayapura.
Watopa, Y. 2006. Sustainable Use Option Plan;Pilihan
Rencana Pemanfaatan Hasil Alam Berkelanjutan di Mamberamo. Laporan Penelitian.
Conservation Internatioanal
Indonesia Papua Program. Jayapura. p.12-15.
Watopa, Y. Susan Maniagasi, Victor Ginuni, Richard
Warinussa, Mathan Waroy, Mathius Kooh dan Tommy Wakum. 2013. Perencanaan
Kolaboratif Tata Ruang Kabupaten Mamberamo Raya, Perspektif Masyarakat Adat
Kampung Suaseso. Laporan Penelitian
Conservation International Indonesia Papua Program. Jayapura.
Widodo.D.A.T., Prabang Setyono dan I Gusti Ayu KRH. 2014 Program Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Tarubatang
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Dalam Rangka Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi
Dan Daya Dukung Lingkungan Di Taman Nasional Gunung Merbabu
Jurnal
Ekosains 2 (4) : 26-38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar