oleh : Yoseph Watopa
Pada tahun 2005 kawasan Mamberamo
tepatnya Pegunungan Foja menjadi
perhatian dunia penelitian dengan ditemukannnya beberapa spesies baru dan
spesies langkah yang hanya ada di
Mamberamo lantas kawasan ini disebut
dengan istilah dunia yang hilang "the lose world". Dari hasil temuan ini, menjadikan kawasan Mamberamo ini semakin
diperhatikan untuk dilindungi hal ini tidak terlapas dari statusnya sebagai
Suaka Margasatwa Mamberamo Foja dengan
luas 2.018.000 hektar yang
ditetapkan berdasarkan SK. Mentan Nomor : 782 /Kptsw/Um/10/1982.
Namun ada pertanyaan lanjutan dari hasil temuan tersebut apakah ada
hubungan yang signifikan antara hasil temuan dengan kesejahteraan masyarakat
disekitar kawasan Mamberamo Foja. Hal ini tentunya tidak bisa dijawab dengan ya
atau tidak, tetapi perlu adanya keseriusan dari berbagai pihak yang
berkepentingan termasuk masyarakat guna mensinergikan kepentingan ekonomi dan
konservasi di Mamberamo.
Survey SUOP
Tulisan ini
mengulas kembali kegiatan yang pernah dilakukan oleh Conservation
International (CI) Indonesia Papua Program pada tahun
2006 lalu namun masih relevan untuk dilkasanakan bagi peningkatan nilai tambah
hasil alam yang dikelola oleh masyarakat di Mamberamo dengan perbandingan harga
hasil alam tersebut pada tahun 2015.
Kegiatan Sustainable Use Option Plan atau SUOP
(Perencanaan Pilihan Pemanfaatan Sumberdaya
Alam yang Berkelanjutan
bertujuan untuk menilai
kelayakan dari kegiatan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam.
CI dan para pihak local terutama lembaga pemerintah dan perguruan tinggi bekerja sama dalam merancang suatu kegiatan
yang akan memperkuat mekanisme pengambilan keputusan di tingkat lokal yang
berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam yang akan mendukung konservasi
keanekaragaman hayati di daerah Mamberamo.
Kegiatan
SUOP bersifat jangka panjang dan akan dilakukan secara berkelanjutan melalui
beberapa tahapan. Survei awal merupakan salah satu tahap guna mengidentifikasi
potensi, sumber daya alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat kemungkinan pengembangan ke depan, ancaman ke depan apabila hasil alam tersebut dimanfaatkan
serta peluang dan tantangan yang dihadapi. Survei awal ini dilakukan di desa
Dabra, Papasena I, Papasena II, Kwerba dan Kasonaweja
Hasil alam dan tantangan ekonomi
Hasil alam yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Mamberamo sangat melimpah. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, terutama makanan, rumah, perahu, kayu bakar,
perakakas, masyarakat mengambil hasil langsung dari alam. Hasil alam (yang
tidak ditanam atau dipelihara) seperti sagu,
buaya, ikan sembilang, ikan tawes, ikan mujair, babi hutan, kasuari,
ulat sagu, genemo, tersebar didaerah-daerah sepanjang sungai besar Mamberamo,
rawa, telaga, sungai-sungai kecil yang bermuara ke Mamberamo , hutan dan gunung
pada kawasan Mamberamo. Dengan peralatan yang sederhana dan dalam waktu cepat
mereka dapat memperoleh hasil alam untuk dimakan.
Namun untuk memperoleh pendapatan langsung/pendapatan terkini, tidak
semua hasil alam ini memberikan pendapatan berupa uang dalam jumlah yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Biaya untuk mendapatkan
pakaian, peralatan rumah tangga seperti belanga, piring, loyang, parang, kapak,
jarring sangat besar dikeluarkan. Harga barang luar cukup tinggi tidak
sebanding dengan harga jual hasil alam. Transportasi menjadi salah satu
penyebab tingginya harga barang dan sulitnya akses masyarakat untuk menjual
hasil alam ke luar Mamberamo.
Hasil alam yang dilihat secara ekonomi dapat memberikan keuntungan
langsung kepada masyarakat adalah kulit buaya, pelampung ikan sembilang, buah
merah, sagu dan kulit masohi.
Kulit Buaya
Sebenarnya
potensi yang dianggap paling penting oleh masyarakat adalah buaya. Pencarian buaya dilakukan pada
saat air sungai Memberamo surut sekitar bulan Mei – Oktober. Pada musim surut ini, buaya yang tadinya tersebar
sampai ke telaga dan rawa serta sungai-sungai kecil dan juga terbentuk sungai
Mamberamo mati atau bekas aliran sungai yang tertutup, akan terkumpul dan tidak
bisa keluar, pada saat itulah masyarakat keluar dan mencari atau berburu buaya.
Masyarakat melakukan kegiatan pencarian buaya pada malam hari dengan
menggunakan tombak dengan tali yang panjang. Masyarakat mencari buaya ada yang
sendiri (minimal 2 orang) dan ada pula yang berkelompok 3 – 4 orang dengan
membawa hasil mencapai 1 – 5 ekor buaya kemudian di bawa
pulang untuk dikuliti pada pagi harinya. Bahkan kadang-kadang pada saat mencari
buaya juga tidak membawa hasil sama sekali. Daging buaya tersebut ada
yang dimakan dan benyak pula yang dibuang. Buaya yang diambil oleh masyarakat
berkisar antara 11 inchi sampai 20 inchi. Masyarakat mengatahui informasi
besarnya buaya yang diambil karena adanya peraturan dari pemerintah. Harga
kulit per inchi pada tahun 2006 berkisar antara Rp. 18.000,- sampai Rp.
21.000,- dan kini pada
tahun 2015 harga kulit per inchi adalah Rp. 30.000-Rp. 35.000 per inchi.
Gelembung Ikan
Sembilang
Potensi ikan di Mamberamo sangat besar seperti ikan sembilang, ikan tawes, ikan mas dan ikan mujair. Masyarakat memanfaatkan ikan-ikan tersebut ada yang diambil pelampungnya dan ada pula yang dimakan dagingnya dan ada yang membuat ikan garam. Untuk ikan tawes, ikan mas dan ikan mujair oleh masyarakat dimanfaatkan untuk dimakan secara langsung ataupun dijual pada masyarakat yang lain atau dijual ke pasar. Harga ikan-ikan tersebut pada tahun 2006 berkisar antara Rp. 5.000,- – Rp. 15.000,-per tali dan pada tahun 2015 seharga Rp.25.000-50.000 per tali. Masyarakat juga ada yang sudah bisa membuat ikan asin (namun kebanyakan pendatang) yang biasa dijual dipasar ataupun pendatang . Harga saat survei tahun 2006 dari masyarakat harga ikan asin berkisar Rp. 20.000,- - Rp. 25.000,- per kilo gram dan pada saat survei tahun 2015 harga ikan asin Rp. 100.000-200.000 per kilogram. Potensi ikan ini sebenarnya sangat besar sekali bagi masyarakat. Dalam 1 minggu dapat dihasilkan mencapai 50 kg ikan dan hal itu apabila dibuat ikan asin dan pemasaran juga bagus maka pendapatan masyarakat juga besar.
Selain ikan tawes, mas dan mujair, ikan sembilang
mempunyai potensi yang lebih besar. Masyarakat memanfaatkan ikan ini kebanyakan
untuk diambil pelampung atau gelembung
udara. Gelembung udara ikan sembilang tersebut dijemur seperti
kerupuk dan dijual per kilogram. dengan harga Rp. 70.000,- - Rp. 80.000,- per kilo gram. Sekarang pada tahun 2015 harga per kilo Rp.
150.000-175.000. Kerupuk
pelampung tersebut kadang dibeli oleh pedagang pengumpul atau dijual sendiri ke
Jayapura. Berdasarkan informasi masyarakat terdapat jenis ikan sembilang mulut
besar, ikan sembilang mulut kecil / tikus, ikan sembilang mulut kecil kuning,
ikan sembilang kepala panjang dan ikan sembilang berlendir. Masyarakat
kebanyakan hanya mengambil pelampung ikan sembilang dan hanya sedikit ikan yang
dimakan selebihnya dibuang.
Buah Merah
Buah merah merupakan salah satu sumber ekonomi masyarakat di wilayah Dabra, Taria dan Papasena. Harga perbuah pada tahun 2006 Rp. 50.000, harga ini masih sama hingga tahun 2015. Potensi
buah merah dialam sangat banyak terdapat di hutan dan sekarang ada masyarakat
yang mulai menanam dengan membuat areal kebun buah merah. Selain menjual buah
kepada pedagang pengumpul, ada beberapa kelompok masyarakat yang sudah mulai
belajar membuat minyak buah merah lalu
dijual ke pedagang pengumpul di Mamberamo, bahkan ada yang menjual ke Jayapura.
Harga jual minyak buah merah oleh masyarakat berkisar antara Rp. 50.000 – Rp. 100.000.
Sagu
Potensi
sagu juga tidak kalah besar dengan buah merah, hampir setiap keluarga mempunyai
dusun untuk diambil sagunya. Kegiatan
tokok sagu biasanya dilakukan oleh perempuan, dan hal ini dimungkinkan karena
laki-laki mencari buaya pada saat malam hari. Harga sagu per bay / tumang
berkisar antara Rp. 25.000,- sampai Rp. 50.000,-
Satu bay atau tumang berisi 20-30 kg sagu.
Transaksi penjualan dan pembelian sagu ini
terjadi pada saat hari pasar, selain itu
karena ada beberapa masyarakat yang keluar mencari buaya bersama
keluarga sehingga tidak sempat menokok sagu, sehingga mereka membeli dari
masyarakat lainnya.
Kulit
Kayu Masohi.
Potensi
lain yang dapat dijumpai di Mamberamo, khsususnya daerah Mamberamo tengah
adalah kulit kayu masohi. Kulit kayu masohi diambil oleh masyarakat dilokasi
hutan-hutan terdekat milik hak ulayat masing-masing. Mereka mengambilnya dalam
bentuk kulit lalu dikeringkan dan dimuat dalam karung-karung untuk dijual ke
Jayapura atau Nabire. Hal ini bila dikelola dengan baik sangat menguntungkan
masyarakat, bila saja mereka dapat membuat minyak masohi, maka akan sangat
membantu dalam proses transformasi teknologi bagi mereka. Harga jual kulit kayu
masohi per kilogram Rp. 350.000,- hingga Rp. 500.000.
Pihak-pihak
yang terlibat dalam pemanfaatan hasil Alam.
Pernah beberapa decade yang lalu, sekitar tahun 60-an hingga tahun
90-an, kawasan ini sangat terkenal sebagai daerah pengahasil kulit buaya.
Menurut beberapa masyarakat bahwa dulu untuk mendapatkan satu lembar kulit
buaya hanya ditukarkan dengan satu lembar baju kepada para pemburu buaya. Ada
juga yang ditukarkan dengan kapak atau belanga. Namun masyarakat mulai
menyadari bahwa mereka ditipu, lalu mereka sendiri mulai belajar dan mengikuti
para pemburu buaya untuk menangkap dan menjual kulit buaya.
Hingga sekarang masih ada
pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan sumber daya alam di
Mamberamo khususnya penangkapan buaya dan pelampung ikan sembilang. Para
pengusaha buaya maupun pelampung ikan sembilang memanfaatkan potensi tersebut,
namun mereka hanya sebagai plasma atau pengumpul. Dari pantauan terdapat 2
pengumpul kulit buaya yaitu CV. Bintang Mas dan FA. Mamberamo Cod Tray. Dari
hasil wawancara dari pihak pengumpul memberikan peralatan dan bahan untuk
berburu diantaranya baterai dan garam serta bahan makanan, kemudian masyarakat
mencari buaya yang hasilnya dijual pada perusahaan tersebut. Ukuran kulit yang
dapat dijulal ditentukan oleh BKSDA I Papua adalah 11 inc – 21 inc hal ini
untuk menghindari kepunahan dari buaya.
Usulan pengelolaan hasil alam
Untuk hasil alam berupa kulit buaya sudah jelas pemasarannya, dimana
masyarakat menjual langsung kepada plasma pengumpul yang ada di Mamberamo.
Kulit dijual, kadang-kadang daging dikonsumsi namun kalau kelebihan biasanya
mereka buang disepanjang sungai. Begitu pula dengan ikan sembilang, perutnya
diambil, dagingnya dibuang. Hal ini menjadi menarik untuk ditindak lanjuti
melalui beberapa program yang dapat membantu masyarakat. Masyarakat dapat
dilatih untuk beberapa usaha industri kecil pengelolaan alam tersebut.
Table.
1. Usulan pengelolaan lanjutan bagi masyarakat
No
|
Hasil alam yang
sekarang di kelola oleh Masyarakat
|
Manfaat terkini
|
Usulan usaha lanjutan
|
Program sinergi
|
1
|
Buaya
|
Kulit Buaya
|
-
Pembuatan dendeng
buaya
-
Pembuatan abon buaya
|
-
Pelatihan dan Modal
-
Peningkatan sarana
transportasi
-
Mencari peluang pasar
|
2
|
Ikan sembilang
|
Perut/pelampung
|
-
Daging dijadikan abon
|
-
Pelatihan dan Modal
-
Peningkatan sarana
transportasi
-
Mencari peluang pasar
|
3
|
Buah Merah
|
Buah
|
-
Pembuatan minyak buah
merah
|
-
Pelatihan dan Modal
-
Peningkatan sarana
transportasi
-
Mencari peluang pasar
|
4
|
Sagu
|
Sagu mentah
|
-
Pembuatan tepung sagu
-
Membuat aneka kue
dari tepung sagu
|
-
Pelatihan dan Modal
-
Peningkatan sarana
transportasi
-
Mencari peluang pasar
|
5
|
Kulit Masohi
|
Kulit Masohi
|
-
Pembuatan minyak
masohi
|
-
Pelatihan dan Modal
-
Peningkatan sarana
transportasi
-
Mencari peluang pasar
|
Catatan akhir
Hasil alam yang ada di Mamberamo secara ekonomi bila dikelola dengan baik dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perlu diingat, bahwa kita tidak menggantikan pola hidup mereka namun kita hanya dapat meningkatkan pola hidup mereka, dengan mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam, potensi ekonomi (jiwa usaha) masyarakat, ketrampilan, yang dapat mendorong masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan dan pemanfaatan hasil alam secara berkelanjutan. Hal ini berkaitan erat dengan pengembangan ekonomi rakyat. Pola pemanfaatan lahan, telaga, sungai, yang selama ini telah dilakukan oleh masyarakat secara tradisional perlu dipelihara guna keberlanjutan hidup atau ketersediaan hasil alam dimasa mendatang.
Keseriusan berbagai pihak yang berkepentingan di Mamberamo perlu dibangun bersama, guna mencari jalan keluar dalam membangun masyarakat Mamberamo dan melestarikan alam demi masyarakat di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar